
Di tengah kesibukan mengurus rumah, memasak, menemani anak belajar, bahkan mengurus kegiatan lingkungan… para ibu-ibu Stasi Maria Bunda Allah Maguwo tetap punya satu hal yang tidak pernah ketinggalan: cinta pada bumi dan ciptaan Tuhan.
Bukan hanya lewat kata-kata, mereka membuktikan kasih itu lewat tindakan nyata, terinspirasi dari ajaran Laudato Si’ karya Paus Fransiskus. Ensiklik ini mengajak seluruh umat Katolik untuk menjaga bumi sebagai rumah bersama, dan para ibu hebat ini sudah lama melakukannya—dengan semangat, sukacita, dan tentunya… banyak cerita lucu di baliknya.

Bank Sampah Bukan Tempat Horor, Tapi Harapan
Salah satu program unggulan yang mereka jalankan adalah bank sampah, tempat di mana sampah bukan lagi jadi masalah, tapi jadi berkah.
Setiap bulan, para ibu mengumpulkan sampah anorganik seperti botol plastik, kertas, dan kaleng—lalu disortir dan ditukar dengan dana kas lingkungan, bahkan sebagian dialokasikan untuk aksi sosial.
“Daripada nyampah, mending bantu sesama,” ujar salah satu ibu sambil senyum, tangannya tetap sibuk merapikan botol plastik.

Kerja Sama dengan Lingkungan, Semangatnya Luar Biasa
Yang paling keren, para ibu ini nggak jalan sendiri. Mereka menggandeng tim lingkungan, ketua lingkungan, dan bahkan generasi muda untuk ikut serta.
Dalam acara lingkungan atau pertemuan warga, mereka sering mengisi sesi edukasi kecil-kecilan:
bagaimana bikin kompos, cara mudah mengurangi plastik, bahkan demo membuat sabun dari minyak jelantah!
Mereka tidak hanya mengajak, tapi menulari semangat cinta bumi dengan kasih dan keceriaan.

Iman yang Hidup Lewat Aksi Nyata
Apa yang dilakukan para ibu ini sejatinya bukan sekadar program lingkungan. Tapi bentuk iman yang hidup dan bekerja lewat kasih, seperti yang diajarkan dalam Laudato Si’.
Dengan tangan-tangan penuh cinta dan semangat pelayanan, mereka merawat bumi ini seperti merawat keluarga sendiri—karena bagi mereka, merawat bumi = merawat masa depan anak cucu.

Terima Kasih, Ibu-Ibu Hebat Stasi Maguwo
Kisah mereka menginspirasi kita semua untuk tidak menunda kebaikan, memulai dari hal kecil, dan melakukannya dengan sukacita.
Karena bumi ini bukan milik kita sendiri—tapi warisan untuk generasi selanjutnya, yang Tuhan titipkan untuk kita pelihara bersama.