Minggu Palma di St. Maria Bunda Allah Maguwo:

Arak-arakan Iman, Daun Palma, dan Langkah Menuju Kasih Sejati

 

Minggu, 13 April 2025. Udara pagi masih sejuk, tapi halaman belakang Gereja St. Maria Bunda Allah Maguwo sudah ramai sejak sebelum matahari sepenuhnya naik. Ada yang datang sambil menenteng daun palma dari kebun, ada yang bawa yang sudah dianyam mirip bunga (atau ayam jago? siapa yang tahu…), dan tentu saja ada yang datang sambil bisik-bisik, “Ini bener nggak sih bawa palem dari pot ruang tamu?”

 

Tepat pukul 07.00 WIB, umat berkumpul dan siap memulai Perayaan Minggu Palma yang dipimpin oleh Romo Andrianus Maradiyo, Pr. Di tengah semilir angin pagi dan iringan lagu pujian, Romo memberkati daun palma yang menjadi simbol semangat kita menyambut Kristus, Sang Raja Damai.
Tapi jangan salah, ini bukan cuma acara tabur daun lalu pulang. Ini awal dari sebuah perjalanan iman!

Usai diberkati, ratusan umat mulai berarak dari halaman belakang menuju dalam gereja. Suasananya mirip pawai kecil—tapi bukan pawai biasa. Ini pawai iman. Ada yang melambai-lambaikan daun palma dengan semangat (bahkan lebih semangat dari suporter bola), ada yang jalan sambil nyanyi, dan ada yang… sudah ngos-ngosan di tengah jalan tapi tetap semangat karena “ini kan cuma pemanasan sebelum jalan salib!”

 

Setibanya di dalam gereja, suasana menjadi lebih hening dan sakral. Dalam homilinya, Romo Maradiyo mengajak umat untuk tidak hanya jadi pengikut Kristus saat dielu-elukan, tapi juga saat Ia memanggul salib.

“Kita semua hari ini ikut arak-arakan penuh sukacita. Tapi jangan berhenti di sini. Siapkah kita tetap berjalan bersama Yesus, meski jalan-Nya penuh luka?”

Seketika, suasana berubah. Semua kembali merenung—bahwa daun palma hanyalah awal dari sebuah perjalanan yang lebih dalam: perjalanan menuju salib, dan akhirnya menuju kebangkitan.

 

Perayaan ini tidak hanya mengingatkan kita pada kisah dua ribu tahun lalu, tetapi juga mengajak kita semua untuk menghidupi semangatnya hari ini: dalam keluarga, di tempat kerja, di jalanan, dan dalam komunitas. Bahwa iman bukan hanya tentang seremoni, tapi keberanian untuk terus mengikuti Yesus, bahkan saat dunia tak lagi bersorak.

 

 

Minggu Palma kali ini bukan hanya penuh daun, tapi juga penuh harapan. Umat pulang dengan tangan menggenggam palma—dan hati menggenggam semangat baru untuk menyambut Pekan Suci dengan iman yang hidup.

 


Posted in Berita Terkini, Liturgi.

Leave a Reply