Magelang, 5 Juli 2025 — Dalam semangat memperdalam iman dan merayakan Tahun Yubileum Suci, umat Lingkungan St. Gregorius Stasi GMBA Maguwo, Paroki Maria Marganingsih Kalasan mengadakan ziarah rohani ke Porta Sancta (Pintu Suci) yang berlangsung pada Sabtu, 5 Juli 2025

Perjalanan penuh makna ini menyatukan 44 orang peziarah dari berbagai usia—anak-anak hingga lansia—dalam satu hati dan satu langkah menuju tiga lokasi suci: Goa Maria Sendangsono, Gereja Ignatius Magelang, dan Kerkhof Muntilan, makam Romo Sanjaya.
Ziarah ini menjadi bagian dari rangkaian kegiatan lingkungan dalam menyambut Tahun Yubileum 2025 yang dicanangkan oleh Paus Fransiskus dengan tema “Peziarah Harapan.” Di tengah kesibukan dan rutinitas harian, ziarah ini menjadi kesempatan langka bagi umat untuk berhenti sejenak, menengok kembali perjalanan hidup rohani mereka, dan memperbaharui semangat iman.
Suasana Hening di Sendangsono

Gerbang Memasuki Goa Maria Sendangsono
Perhentian pertama adalah Goa Maria Sendangsono, tempat bersejarah yang disebut sebagai “Lourdes-nya Indonesia.” Di sinilah iman Katolik pertama kali bersemi di Tanah Jawa. Dikelilingi rimbunnya pepohonan dan gemericik air sendang, para peziarah memulai hari dengan doa bersama yang dipimpin oleh Prodiakon Paulus Supit dibantu oleh Katekis Agnes Gunarti. Jalan salib pun dilaksanakan dengan khidmat, menyusuri stasi demi stasi dengan permenungan mendalam atas kisah sengsara Yesus Kristus.
Prodiakon mengajak seluruh umat merenungkan arti penderitaan dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana setiap orang dipanggil untuk memanggul salib masing-masing dengan iman dan pengharapan. “Jalan salib bukan hanya mengenang penderitaan Tuhan, tapi juga mengajak kita melihat bagaimana Tuhan hadir dalam luka dan beban hidup kita,” ujarnya.
Napak Tilas Iman di Gereja Ignatius Magelang

Di depan Gereja Ignasius Magelang
Usai dari Sendangsono, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Gereja Santo Ignatius, Magelang. Gereja tua yang dibangun sejak abad ke-19 ini menyimpan banyak sejarah pewartaan iman Katolik di Jawa Tengah. Di sini, para peziarah diajak merenungkan keteladanan St. Ignatius Loyola—pendiri Serikat Yesus—dalam menjalani hidup yang penuh penyerahan dan discernment (pembedaan roh).

Berdoa di depan Taman Doa yang berada di belakang Gereja
Doa pribadi dan devosi di depan patung Maria (terletak di belakang Gereja) menjadi waktu yang sunyi namun kuat secara spiritual. Suasana hening dan arsitektur lingkungan gereja yang asri memberi ruang bagi setiap umat untuk berdiam diri dalam hadirat Allah.
Ziarah Ditutup dengan Doa di Kerkhof Muntilan

Berdoa di Kerkhof Muntilan
Perjalanan kemudian dilanjutkan ke perhentian terakhir: Kerkhof Muntilan, kompleks makam para imam dan tokoh Katolik di Keuskupan Agung Semarang. Di tempat inilah terbaring jasad Romo Sanjaya, seorang imam pribumi yang dikenal gigih dalam karya kerasulan dan pendidikan. Di makam Romo Sanjaya, umat mendaraskan doa mohon syafaat para kudus dan mendoakan para imam yang telah mendahului.

Kami tetap semangat menyelesaikan ziarah Porta Sancta
“Ziarah ini mengingatkan kita bahwa iman bukanlah perjalanan singkat. Ia seperti napak tilas hidup, dari kelahiran hingga kembali ke rumah Bapa,” ungkap Gregorius Henry, Ketua Lingkungan St. Gregorius, dalam refleksi singkatnya. Ia juga menyampaikan rasa syukur atas partisipasi seluruh umat yang telah mengikuti ziarah ini dengan antusias dan penuh semangat.
Kebersamaan yang Menyegarkan Iman
Selain sebagai pengalaman rohani, ziarah ini juga mempererat tali persaudaraan antarumat lingkungan. Sepanjang perjalanan, tawa, nyanyian, dan cerita iman dibagikan satu sama lain. Di tengah tantangan zaman yang serba cepat dan individualistis, kegiatan seperti ini menjadi oase bagi kebersamaan yang sejati.
Ketua lingkungan dan tim panitia juga memberikan apresiasi kepada para donatur dan sponsor yang telah berkontribusi, serta kepada para peserta yang turut mendukung terselenggaranya kegiatan ini dengan tertib dan penuh sukacita. “Kami mohon maaf jika dalam pelayanan selama ziarah masih ada kekurangan. Namun kami percaya bahwa semangat kita bersama telah membuat perjalanan ini berbuah,” ujar Henry.
Ziarah Porta Sancta ini ditutup dengan doa penutup sebelum perjalanan pulang. Wajah-wajah lelah namun penuh damai dan kebahagiaan menjadi bukti bahwa ziarah bukan sekadar bepergian secara fisik, melainkan perjalanan batin yang meneguhkan.