Minggu 20 April 2025, selepas misa paskah pagi,di sebuah sudut hangat penuh senyum dan cerita, tepatnya di kediaman Bapak Arief Subyantoro, suasana Paskah terasa begitu berbeda. Tidak ada sorak sorai anak kecil, tidak ada hiruk-pikuk paduan suara. Tapi ada sesuatu yang lebih dalam: tatapan mata penuh syukur, genggaman tangan yang hangat, dan kisah-kisah kehidupan yang dipeluk oleh cahaya Paskah.
Itulah wajah indah dari Perayaan Paskah bersama para lansia, sebuah inisiatif penuh kasih dari Timpel PIUL (Pelayanan Iman Umat Lansia) di bawah naungan Bidang Pewarta Gereja Santa Maria Bunda Allah Maguwo. Bukan sekadar perayaan, tetapi sebuah pelukan rohani bagi mereka yang telah berjalan lebih dulu dalam perjalanan iman
Acara ini dibungkus dalam kesederhanaan, namun justru di situlah letak kemewahannya. Lagu-lagu rohani dinyanyikan dengan suara lembut namun penuh rasa. Doa-doa dipanjatkan dalam irama pelan, menyentuh setiap hati yang hadir. Ada pula momen berbagi cerita, di mana para lansia menyampaikan harapan, syukur, bahkan canda kecil tentang masa muda mereka—yang disambut tawa hangat dari semua yang hadir.
Sambutan yang Membuat Hati Bergetar
Salah satu momen mengharukan terjadi saat Ketua Stasi memberikan sambutan. Dengan suara sedikit bergetar dan mata yang berkaca-kaca, beliau menyampaikan rasa syukur dan bangga atas terselenggaranya acara ini.
Kami lihat, setiap kerutan di wajah oma opa, eyang, menyimpan cerita, doa, dan pengorbanan yang luar biasa. Dan lewat perayaan sederhana ini, kami ingin bilang: terima kasih………………Terima kasih karena terus menjadi tiang doa bagi keluarga dan lingkungan. Terima kasih karena kasih dan semangat bapak dan ibu selalu jadi inspirasi bagi kami yang lebih muda.
Bukan karena sedih, tapi karena mereka menyadari betapa besarnya cinta Tuhan yang mengalir melalui perhatian kecil seperti ini.
Melalui kegiatan ini, kita diajak untuk menyadari bahwa iman tak pernah memudar seiring usia, justru menjadi lebih matang dan bijak. Kehadiran para lansia adalah kekayaan gereja, mereka adalah “kitab hidup” yang menyimpan hikmah dan keteladanan.
“Terima kasih, kami merasa tidak dilupakan,” ucap salah satu opa dengan mata berkaca-kaca.
Dan itulah inti dari Paskah—bahwa kasih Allah selalu bangkit dan hadir di setiap usia, dalam setiap detak hidup umat-Nya.
Acara ini bukan hanya hadiah bagi para lansia, tapi juga menjadi pelajaran berharga bagi yang muda: bahwa pelayanan tak mengenal usia, dan Paskah tak hanya untuk dirayakan di altar megah, tapi juga di ruang tamu kecil yang penuh cinta.
Terima kasih untuk Timpel PIUL yang sudah menjadi perpanjangan tangan kasih Tuhan. Terima kasih juga untuk Bapak Arief Subyantoro yang telah membuka pintu rumah dan hatinya. Dan terima kasih untuk para lansia, yang diam-diam selalu mengajarkan kita arti keteguhan, kesabaran, dan cinta sejati.
Selamat Paskah.
Tuhan yang bangkit, juga menghidupkan kembali harapan di setiap hati—tanpa memandang usia.