Kisah Para Pahlawan Bersuara: Tim Koor Pekan Suci 2025 GMBA

Pekan Suci 2025 di Gereja St. Maria Bunda Allah Maguwo terasa makin megah dan menggema… semua karena ada para pahlawan bersuara emas: tim koor wilayah dan komunitas GMBA!
Mereka bukan cuma sekadar bernyanyi, bro. Mereka membungkus seluruh liturgi dengan harmoni surga, walau kadang dibalik senyum manisnya, ada suara nahan batuk atau ketegangan karena kunci nada yang mendadak naik tak terduga.

Mari kita kasih standing ovation buat mereka semua!

Minggu Palma dibuka dengan gagah berani oleh tim Koor Wilayah Don Bosco.
Suara mereka bikin prosesi daun palma serasa red carpet di surga!
Meski ada daun yang kadang nyerempet mic, mereka tetap tegar dan sopan.

Kamis Putih, giliran Wilayah Sang Timur yang turun panggung.
Mereka sukses mengubah suasana jadi syahdu dan haru.
Katanya sih, latihan mereka intens, sampai ada yang ngelantur nyanyi Ave Maria pas makan siang. (Saking terhanyutnya…)

Jumat Agung diisi dengan sangat khusyuk oleh Cantorez.
Waduh bro… harmoni suara mereka bikin merinding!
Bahkan kayu salib yang berat pun serasa lebih ringan karena diiringi lagu penuh penghayatan dari mereka.

Sabtu Vigili, malam paling sakral, dipercayakan ke Wilayah De Britto.
Tugas berat nih, dari suasana gelap sampai gegap gempita Gloria…
Tapi Wilayah De Britto menaklukkan semuanya, dengan stamina yang katanya dijaga pakai ramuan khusus: teh manis dan doa sepenuh hati!

Minggu Paskah, pentas kemuliaan, dipegang sama Wilayah Loyola.
Mereka tampil penuh semangat dan sukacita, bahkan ada umat yang bilang, “Lagu pembukaan aja udah bikin pengen joget syukur!”

Salut setinggi-tingginya untuk seluruh tim koor GMBA!
Kalianlah yang membuat Pekan Suci ini terasa hidup, megah, dan penuh getaran rohani.
Latihan tanpa lelah, koordinasi tanpa drama, suara yang naik-turun (dan kadang napas yang nyaris habis), semua jadi bagian dari pelayanan yang luar biasa indah.

Terima kasih karena sudah mempersembahkan bukan cuma suara… tapi hati.
Semoga setiap nada yang kalian lantunkan menjadi doa indah yang terbang langsung ke surga!
Kalau boleh, kita bilang:
“Koor GMBA, bukan sekadar bernyanyi, tapi mengubah misa jadi konser ilahi”

3M Buat semua….Makasih… Makasih…. Makasih…..

Leave a Reply

Putra Putri Altar – Pekan Suci 2025: Dari Daun Palma sampai Lilin Paskah

Pekan Suci 2025 di Gereja Santa Maria Bunda Allah Maguwo berjalan dengan penuh makna dan semarak. Tapi ada satu tim yang patut diacungi jempol lebih dulu, yaitu pasukan kecil bersutkan jubah putih yang selalu siap siaga di altar: Putra Putri Altar GMBA

Mereka bukan cuma berdiri diam, loh. Selama Minggu Palma, Kamis Putih, Jumat Agung, Vigili Paskah, hingga Minggu Paskah, merekalah yang jadi motor kecil liturgi, memastikan segalanya berjalan mulus. Tapi, biar tampil rapi di altar, perjuangannya luar biasa

Semua dimulai dari latihan yang kadang lebih rame dari nobar final bola. Ada yang ngantuk, bahkan ada yang saking semangatnya, masuk altar lebih dulu dari romo.Tapi semua tetap dikawal oleh Pak Andre, sang pelatih yang tenang tapi tegas. Ditemani para senior yang punya gaya masing-masing ada yang halus bagaikan malaikat, ada juga yang kalau ngomel, bisa bikin jubah berkibar sebelum ditiup angin.

Setiap gladi bersih dan persiapan bukan cuma soal latihan teknis, tapi juga pembentukan karakter. Mereka belajar disiplin, kerjasama, dan tentu saja, belajar menerima teguran dengan senyum meski hati sedikit ngilu. Tapi semua itu terbayar lunas saat mereka tampil maksimal di altar.

Dan satu hal yang gak boleh dilupakan…
Mereka ini diam-diam paling sering masuk kamera loh……
Entah kenapa, setiap fotografer misa selalu aja menangkap momen mereka lagi pegang salib, nyalain lilin, atau berdiri gagah di samping romo. Kadang pas banget dapet pose serius, kadang malah dapet yang lagi nyengir atau kedip sebelah. Udah kayak influencer altar followers: seluruh umat GMBA.

Tapi di balik tawa, drama kecil, dan jepretan kamera itu, tersimpan satu hal yang tulus: cinta untuk melayani Tuhan. Karena bagi mereka, berdiri di altar bukan tentang tampil keren, tapi tentang menghadirkan keindahan dalam kesederhanaan, keteraturan dalam kekhidmatan.

Terima kasih untuk seluruh Putra Putri Altar GMBA yang telah memberikan waktu, tenaga, dan hati kalian selama Pekan Suci 2025. Kalian luar biasa, bukan hanya karena jubah putih yang kalian kenakan, tapi karena semangat dan ketulusan yang kalian bawa di dalamnya.



Pelayan Keindahan di Balik Altar: Tim Tata Bunga GMBA

Di balik altar yang selalu tampak anggun dan menawan, tersembunyi tangan-tangan terampil yang bekerja dengan hati—Tim Tata Bunga Gereja Santa Maria Bunda Allah Stasi Maguwo. Mereka bukan hanya sekadar menyusun bunga. Mereka adalah seniman rohani yang setiap pekan menghadirkan keindahan sebagai ungkapan cinta dan hormat kepada Tuhan.

Dengan penuh kesabaran dan kreativitas, tim ini merangkai bunga-bunga segar, memilih warna-warna yang sesuai dengan kalender liturgi, dan menata dengan harmoni agar setiap umat yang datang merasakan damai dan kekhusyukan begitu memasuki gereja. Mulai dari misa harian, mingguan, sampai perayaan besar seperti Natal, Paskah, dan Hari Raya lainnya—Tim Tata Bunga selalu hadir, diam-diam tapi berdampak besar.

Yang bikin kagum, mereka nggak hanya datang, hias, terus pulang. Tapi benar-benar merencanakan, berdiskusi, bahkan kadang menanam sendiri bunga-bunga yang akan digunakan. Semangat gotong royong, kekompakan, dan sukacita selalu mewarnai setiap pertemuan mereka. Tak jarang, gelak tawa dan cerita lucu ikut menghiasi proses merangkai bunga—karena bagi mereka, ini bukan tugas, tapi pelayanan penuh cinta.

Terima kasih untuk semua anggota tim Tata Bunga GMBA yang selalu setia menjaga keindahan rumah Tuhan. Dalam senyap kalian bekerja, namun karya kalian begitu terasa. Semoga Tuhan membalas dengan berkat yang melimpah dan sukacita yang tak habis-habis.

Keindahan bunga di altar adalah pantulan keindahan hati kalian. Teruslah berkarya, teruslah melayani. Gereja kita terasa lebih hidup karena kalian ada.

terima kasih untuk ibu Valentina Isti Rudati sebagai koordinator tim tata bunga GMBA dan semua tim tata bunga dari lingkungan yang sudah membuat Gereja St Maria Bunda Allah menjadi indah di setiap perayaan Ekaristi

Bunga melati harum mewangi,
Disusun rapi di atas altar.
Tangan terampil bekerja sunyi,
Namun hasilnya sungguh mempesona dan segar!

Kerja di gereja bukan soal gaji,
Tapi soal hati yang mau melayani.
Tim tata bunga keren sekali,
Bikin suasana misa jadi lebih berseri

Misa Requiem untuk Bapa Paus Fransiskus: Doa dan Cinta dari Maguwo

 

Dalam suasana duka yang penuh haru dan rasa syukur, umat Gereja Santa Maria Bunda Allah Maguwo berkumpul dalam Misa Requiem untuk Paus Fransiskus, pada hari ini, Rabu, 23 April 2025, yang disiarkan langsung dari Katedral Semarang dan dipimpin oleh Bapa Uskup Keuskupan Agung Semarang, Mgr. Robertus Rubiyatmoko.

Misa live streaming ini dimulai pukul 18.00 WIB dan berlangsung hingga selesai, diikuti dengan penuh khidmat oleh 415 umat yang hadir secara langsung di gereja. Dalam keheningan dan doa, umat mengenang sosok gembala agung yang telah memberi hidupnya sepenuhnya bagi Gereja dan dunia.

 

Malam ini, dari Maguwo yang kecil, kami mengirimkan cinta yang besar kepada surga.

Selamat jalan Bapa Suci kami, Paus Fransiskus.

Engkau telah mengajarkan kami arti belas kasih,
menunjukkan bagaimana Gereja bisa menjadi rumah yang ramah,
dan meyakinkan bahwa Tuhan senantiasa lebih besar dari segala dosa dan kelemahan kami.

Engkau kini telah kembali ke pelukan Sang Bapa,
namun inspirasimu tetap hidup dalam hati kami—
dalam doa, dalam pelayanan, dan dalam cara kami mencintai sesama.

Terima kasih, Bapa Paus. Sampai jumpa di surga.

Misa ini bukan hanya menjadi penghormatan, tetapi juga sebuah pengingat bahwa kasih dan keteladanan Bapa Paus Fransiskus akan terus hidup di hati kita.


Selamat jalan, Bapa Paus.
Engkau telah menunjukkan kepada kami bahwa menjadi pemimpin berarti menjadi pelayan, bahwa kasih Tuhan itu nyata dalam tindakan kecil yang penuh makna. Doakan kami dari surga, agar kami pun setia berjalan dalam terang Kristus seperti engkau telah melakukannya.



terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah bekerja keras demi kelancaran misa ini:

Tim Tata Bunga yang sigap dan penuh kreativitas menghias altar dengan indah dan elegan,
Tim Paramenta yang mempersiapkan perlengkapan liturgi dengan penuh ketelitian,
Tim Video Monitor dan Tim Soundsystem yang memastikan kelancaran visual dan audio selama misa berlangsung,
Prodiakon yang setia melayani umat di altar,
Dan seluruh umat serta para petugas yang terlibat dari balik layar—tanpa sorotan, tapi berjasa besar dalam menghadirkan suasana yang layak bagi penghormatan terakhir untuk Paus tercinta.



 

Sukacita Paskah di Minggu Pagi yang Penuh Berkah

Hari Minggu Paskah, 20 April 2025, menjadi momen penuh sukacita dan berkat bagi umat Stasi Maguwo, Gereja St. Maria Bunda Allah. Dalam suasana pagi yang cerah dan khidmat, sebanyak 665 umat hadir bersama untuk merayakan Kebangkitan Tuhan Yesus, pusat iman kita sebagai umat Kristiani.

Perayaan Ekaristi dipimpin langsung oleh Romo Paroki, Romo Antonius Dadang Hermawan, Pr. Kehadiran beliau menjadi sukacita tersendiri bagi umat, terlebih karena beliau menyampaikan homili yang menyentuh hati tentang harapan, pembaruan hidup, dan kasih yang tak pernah gagal dari Tuhan yang bangkit.

 

Liturgi semakin hidup dengan iringan koor dari Wilayah Loyola yang membawakan lagu-lagu Paskah dengan penuh semangat dan penghayatan. Suara merdu dan harmonisasi yang indah membuat suasana misa semakin mengangkat jiwa, mengajak setiap umat untuk benar-benar mengalami kebangkitan dalam hidup masing-masing.

Sebagai penutup yang manis, di akhir Ekaristi, anak-anak dari Wilayah Loyola mempersembahkan sebuah nyanyian Paskah yang sederhana namun penuh makna. Dengan suara polos dan hati yang tulus, mereka menghadirkan sukacita dan harapan baru bagi seluruh umat yang hadir—sebuah pengingat bahwa semangat kebangkitan selalu hidup dalam generasi penerus Gereja.

Paskah bukan hanya tentang mengenang peristiwa ribuan tahun lalu. Bagi umat Stasi Maguwo, Paskah adalah saat untuk menyegarkan iman, memperbarui harapan, dan merayakan kasih Tuhan yang menghidupkan.

Selamat Paskah! Kristus telah bangkit, Alleluya!

 

 



Malam Penuh Cahaya di Stasi Maguwo

Sabtu malam, 19 April 2025, udara di sekitar Gereja Santa Maria Bunda Allah Maguwo terasa berbeda. Ada aroma lilin, harapan, dan sukacita yang mengalir di antara langkah-langkah umat yang mulai berdatangan sejak petang.

Dan benar saja, tepat pukul 19.00 WIB, lonceng sukacita berbunyi, menandai dimulainya Perayaan Vigili Paskah, momen puncak dalam rangkaian Pekan Suci.

Perayaan yang penuh makna ini dipimpin dengan penuh khidmat oleh Romo Agustinus Wahyu Anggoro, SJ, yang malam itu tampak begitu bersinar… meski tentu kalah terang dibanding 1245 umat yang hadir, masing-masing membawa cahaya lilin dan semangat kebangkitan dalam hati.

Api Baru, Harapan Baru

Upacara dimulai di luar gereja, di bawah langit Maguwo yang bersahabat. Api baru dinyalakan, lilin Paskah dikukuhkan, dan dari nyala kecil itu, cahaya perlahan menjalar dari satu umat ke umat lainnya. Satu demi satu, cahaya kecil itu bersatu, menjadi lautan terang yang mengusir gelap.

Bukan cuma simbol, tapi pesan yang nyata: bahwa terang Kristus tak pernah padam, bahkan di tengah dunia yang sering terasa remang.

Sabda, Pembaruan, dan Sukacita

Liturgi Sabda malam itu panjang—iya, memang panjang, tapi siapa peduli? Karena setiap bacaan membawa kita menelusuri kisah cinta Tuhan dari awal penciptaan sampai janji keselamatan yang kini digenapi.

Lalu terdengarlah kidung “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang Mahatinggi…” Gereja seketika gemuruh—lonceng berdentang, lilin altar dinyalakan, dan umat pun menyadari: Yesus telah bangkit! Dan kita semua ikut bangkit bersama-Nya

Percikan Berkat dan Sukacita

Momen pembaruan janji baptis dan percikan air suci jadi salah satu bagian yang paling dinantikan. Tidak sedikit umat yang ‘kena percik’ agak deras, termasuk saya …hehehe….tapi justru itulah yang bikin tersenyum. Ada yang bercanda, “gk sekalian aja disiram…hahahaha…” tapi toh semua pulang dengan wajah bersih dan hati baru.

Liturgi Ekaristi: Saatnya Bersatu dalam Syukur

Di bagian puncak perayaan, suasana hening menyelimuti. Umat bersatu dalam Ekaristi, menerima Tubuh Kristus dengan hati yang bersinar. Musik, doa, dan permenungan malam itu benar-benar menyatu jadi satu pujian agung.

Satu per satu umat meninggalkan gereja dengan senyum, damai, dan semangat baru. Tidak hanya karena perayaan yang indah, tapi karena kita diingatkan: kita adalah umat Paskah, dan Alleluia adalah lagu kita.

Selamat Paskah untuk seluruh umat Stasi Maguwo…………….



Ibadat Tujuh Sabda: Merenungkan Kasih di Tengah Sunyi

Maguwo, Jumat 18 April 2025

Dalam keheningan pagi Jumat Agung, umat Paroki Santa Maria Bunda Allah Maguwo berkumpul untuk mengikuti Ibadat Tujuh Sabda, sebuah ibadat yang sarat makna untuk mengenangkan tujuh perkataan terakhir Yesus di kayu salib. Ibadat dilaksanakan pada pagi hari, dan menjadi salah satu bagian penting dari rangkaian perayaan Tri Hari Suci.

Yang menjadi keistimewaan tahun ini, seluruh ibadat dibawakan dengan penuh penghayatan oleh para remaja Orang Muda Katolik (OMK) Maguwo. Dengan semangat pelayanan yang tulus, para OMK membacakan teks-teks sabda, doa-doa pengantar, serta menyampaikan renungan singkat untuk setiap sabda. Renungan yang disampaikan mencerminkan suara dan hati generasi muda, yang mencoba memahami dan meresapi makna penderitaan serta kasih pengorbanan Kristus dalam konteks hidup mereka saat ini.

Setiap renungan yang dibawakan tidak hanya menyentuh hati, tapi juga mengajak umat untuk melihat kembali bagaimana Sabda Yesus masih berbicara dengan kuat hingga hari ini—tentang pengampunan, pengharapan, cinta, dan penyerahan total kepada Bapa.

Suasana ibadat semakin syahdu dengan kehadiran Tim Cantorez, yang mengisi bagian musikal sepanjang ibadat. Lagu-lagu yang dibawakan dengan penuh perasaan mengalun lembut, menyatu dengan suasana reflektif, membawa umat masuk lebih dalam ke dalam permenungan. Tim Cantorez tidak hanya mengiringi, tetapi benar-benar memperkuat suasana kontemplatif lewat paduan suara yang tenang dan menyentuh.

Ibadat ini bukan hanya menjadi sarana doa, tetapi juga momen edukatif rohani bagi OMK dan seluruh umat. Gereja sungguh dihidupkan oleh semangat keterlibatan lintas generasi—di mana para remaja mengambil peran aktif, dan para penggiat musik turut mempersembahkan talenta mereka untuk memuliakan Tuhan.

Lewat Ibadat Tujuh Sabda yang penuh penghayatan ini, umat diajak untuk tidak hanya mengingat penderitaan Kristus, tetapi juga menjawab kasih-Nya dengan hidup yang penuh cinta, pengampunan, dan pelayanan.

terimakasih

Davina, Helena, Fira, Valent, Jannete, Sasia, Kian, Otto, Yudha



Ibadat Jumat Agung: Dalam Sunyi dan Hujan, Umat Merenungkan Salib-Nya

Maguwo, 18 April 2025 — Suasana langit yang kelabu dan rintik hujan yang turun sejak siang hari tidak menghalangi semangat umat  Stasi Santa Maria Bunda Allah Maguwo untuk mengikuti Ibadat Jumat Agung, yang dilangsungkan pada pukul 15.00 WIB dan dipimpin oleh Romo Fajar Kristianto, Pr.

Sekitar 1.092 umat hadir memenuhi gereja, menghayati momen suci mengenangkan sengsara dan wafat Tuhan kita Yesus Kristus. Ibadat yang berlangsung hingga pukul 17.00 WIB ini dilaksanakan dalam suasana hening, penuh penghayatan, dan sarat makna.

Jumat Agung adalah satu-satunya hari dalam tahun liturgi Gereja di mana Ekaristi tidak dirayakan. Sebagai gantinya, umat diajak untuk merenungkan kisah sengsara Yesus , mendengarkan renungan, menyampaikan doa umat yang merangkul seluruh dunia, dan kemudian menghormati salib—tanda kasih yang mengalahkan dosa dan kematian.

Meski di luar hujan turun, di dalam gereja suasana terasa hangat oleh kehadiran umat yang tekun berdoa dan merenung. Suara bacaan dan doa menggema lembut, berpadu dengan tetes hujan yang jatuh di atap, seolah ikut meratapi penderitaan Sang Juruselamat. Salib yang dihadirkan dan dihormati umat menjadi titik pusat perhatian, simbol pengorbanan agung dan kasih tanpa batas.

Dalam homilinya, Romo Fajar mengajak umat untuk tidak hanya melihat salib sebagai lambang penderitaan, tetapi sebagai tanda harapan, bahwa dalam setiap luka dan pergumulan hidup, ada kasih Tuhan yang menyelamatkan. Ia menekankan bahwa Jumat Agung bukan hanya hari duka, tetapi juga hari kasih—kasih yang ditunjukkan dengan cara paling radikal: pengorbanan diri sepenuhnya.

Perayaan ini menjadi momen permenungan yang dalam, di mana setiap umat diajak untuk diam, melihat ke dalam hati, dan bertanya: “Apa makna salib dalam hidupku hari ini?”

Di tengah hujan, Gereja tetap penuh. Umat tetap hadir. Hati tetap terbuka. Karena kasih Tuhan, bahkan di hari tergelap, tetap bersinar.



Kamis Putih: Malam Penuh Cinta, Kaki, dan Kontemplasi

 

 

 

Maguwo, 17 April 2025

Dalam suasana yang khusyuk dan penuh penghayatan, umat Paroki Santa Maria Bunda Allah Maguwo berkumpul untuk merayakan Kamis Putih, perayaan yang mengawali rangkaian Tri Hari Suci menjelang Hari Raya Paskah. Perayaan Ekaristi dimulai tepat pukul 19.00 WIB, dipimpin oleh Romo Yohanes Ngatmo, Pr., dan dihadiri oleh 1.214 umat yang memadati area gereja.

 

Kamis Putih mengajak umat untuk mengenangkan dua momen penting dalam kehidupan Yesus: Perjamuan Terakhir, di mana Ia menetapkan Sakramen Ekaristi, dan pembasuhan kaki murid-murid-Nya, sebuah tindakan kasih dan kerendahan hati yang luar biasa. Dalam homilinya, Romo Ngatmo menekankan bahwa peristiwa Kamis Putih bukan sekadar kenangan sejarah, tetapi panggilan nyata bagi setiap umat untuk menghadirkan kasih melalui pelayanan sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

Bagian pembasuhan kaki menjadi salah satu momen yang menyentuh, ketika Romo Ngatmo membasuh kaki perwakilan umat sebagai simbol kasih yang tidak pilih-pilih, kasih yang melayani dan merendahkan diri, seperti yang telah diteladankan oleh Kristus.

Setelah liturgi Ekaristi, perayaan dilanjutkan dengan pemindahan Sakramen Mahakudus ke tempat penyimpanan sementara, melambangkan Yesus yang memasuki saat-saat penderitaan di Taman Getsemani. Gereja kemudian memasuki suasana hening, mengajak umat untuk masuk dalam doa dan permenungan yang lebih dalam.

Usai misa, kegiatan dilanjutkan dengan tuguran atau doa berjaga, yang dibagi dalam empat sesi oleh perwakilan wilayah: Sang Timur, Loyola, Don Bosco, dan De Britto. Masing-masing wilayah memimpin umat dalam doa dan pujian, menjaga suasana tenang dan sakral sebagai bentuk kesetiaan menemani Yesus dalam pergulatan-Nya di malam menjelang penangkapan.

Perayaan Kamis Putih ini menjadi pengingat yang kuat bahwa iman bukan hanya soal ke gereja, tetapi juga soal hadir, melayani, dan mencintai—dengan rendah hati, seperti Kristus telah lakukan.

 

dokumen bisa di akses melalui :

https://drive.google.com/drive/folders/1UBbJWGnaTZVreJn9tEy1k9o6csEiTsbw



Minggu Palma di St. Maria Bunda Allah Maguwo:

Arak-arakan Iman, Daun Palma, dan Langkah Menuju Kasih Sejati

 

Minggu, 13 April 2025. Udara pagi masih sejuk, tapi halaman belakang Gereja St. Maria Bunda Allah Maguwo sudah ramai sejak sebelum matahari sepenuhnya naik. Ada yang datang sambil menenteng daun palma dari kebun, ada yang bawa yang sudah dianyam mirip bunga (atau ayam jago? siapa yang tahu…), dan tentu saja ada yang datang sambil bisik-bisik, “Ini bener nggak sih bawa palem dari pot ruang tamu?”

 

Tepat pukul 07.00 WIB, umat berkumpul dan siap memulai Perayaan Minggu Palma yang dipimpin oleh Romo Andrianus Maradiyo, Pr. Di tengah semilir angin pagi dan iringan lagu pujian, Romo memberkati daun palma yang menjadi simbol semangat kita menyambut Kristus, Sang Raja Damai.
Tapi jangan salah, ini bukan cuma acara tabur daun lalu pulang. Ini awal dari sebuah perjalanan iman!

Usai diberkati, ratusan umat mulai berarak dari halaman belakang menuju dalam gereja. Suasananya mirip pawai kecil—tapi bukan pawai biasa. Ini pawai iman. Ada yang melambai-lambaikan daun palma dengan semangat (bahkan lebih semangat dari suporter bola), ada yang jalan sambil nyanyi, dan ada yang… sudah ngos-ngosan di tengah jalan tapi tetap semangat karena “ini kan cuma pemanasan sebelum jalan salib!”

 

Setibanya di dalam gereja, suasana menjadi lebih hening dan sakral. Dalam homilinya, Romo Maradiyo mengajak umat untuk tidak hanya jadi pengikut Kristus saat dielu-elukan, tapi juga saat Ia memanggul salib.

“Kita semua hari ini ikut arak-arakan penuh sukacita. Tapi jangan berhenti di sini. Siapkah kita tetap berjalan bersama Yesus, meski jalan-Nya penuh luka?”

Seketika, suasana berubah. Semua kembali merenung—bahwa daun palma hanyalah awal dari sebuah perjalanan yang lebih dalam: perjalanan menuju salib, dan akhirnya menuju kebangkitan.

 

Perayaan ini tidak hanya mengingatkan kita pada kisah dua ribu tahun lalu, tetapi juga mengajak kita semua untuk menghidupi semangatnya hari ini: dalam keluarga, di tempat kerja, di jalanan, dan dalam komunitas. Bahwa iman bukan hanya tentang seremoni, tapi keberanian untuk terus mengikuti Yesus, bahkan saat dunia tak lagi bersorak.

 

 

Minggu Palma kali ini bukan hanya penuh daun, tapi juga penuh harapan. Umat pulang dengan tangan menggenggam palma—dan hati menggenggam semangat baru untuk menyambut Pekan Suci dengan iman yang hidup.